Jakarta - Memiliki tanah luas serta kaya varietas buah tropis, tak menjamin ekspor buah Indonesia menggembirakan. Sebaliknya, pasar dalam negeri malah dibanjiri buah impor, terbanyak berasal dari China.
Ketua Umum Asosiasi Eksportir Importir Buah dan Sayuran Segar Indonesia (Aseibssindo), Khafid Sirotudin mengatakan, pemerintah selama ini menganaktirikan buah ketimbang komoditas lain. Durian salah contohnya. Meski kerap jadi kebanggaan nasional, produksi buah berduri ini bisa dibilang terus turun akibat alih fungsi lahan.
"Hutan dibakarin jadi kebun sawit, akhirnya pohon durian ikut hilang. Padahal banyak durian itu biasanya dari hutan. Kalau seperti ini, lama-lama orang susah cari duriah, semakin mahal nanti," ujar Khafid kepada detikFinance, Minggu (20/11/2016).
Dia mencontohkan, banyak pedagang di wilayah Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur yang mulai kesulitan mendapatkan pasokan durian, lantaran banyak hutan yang jadi 'habitat' durian beralih fungsi jadi perkebunan kelapa sawit.
"Banyak pohon durian di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur sudah hilang, diganti jadi sawit. Padahal itu pohon durian banyak yang usianya sudah 70 tahunan," ucap Khafid.
Kondisi ini, menurut Khafid, tentu berbeda dengan negara tetangga seperti Thailand yang justru sudah sejak lama serius menggarap durian sebagai komoditas ekspor.
"Kalau kita, buahnya dibiarkan saja," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar