Minggu, 20 November 2016

Buah melimpab

Jakarta - Belum banyak perhatian pemerintah pada buah lokal, membuat budidaya buah lokal dalam skala besar masih sangat minim. Akibatnya, selain buah di dalam negeri harganya mahal, Indonesia pun dibanjiri buah impor yang harganya lebih murah, seperti buah impor China.

Ketua Umum Asosiasi Eksportir Importir Buah dan Sayuran Segar Indonesia (Aseibssindo), Khafid Sirotudin berujar, para pengusaha eksportir selama ini harus bersusah payah mencari buah lokal, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk tujuan ekspor.

"Petani di Indonesia kebanyakan tanam buah bukan sebagai penghasilan, karena memangnggak menjanjikan. Buah ya dicarinya dari pekarangan, atau kalau pun yang punya lahan tanam buah, lahannya di bawah setengah hektar," kata Khafid kepada detikFinance, Minggu (20/11/2016).

Selain itu, menurut dia, pemerintah pun tidak memiliki data akurat produksi buah lokal petani. Padahal, selain untuk pengembangan potensi ekspor, data produksi sangat diperlukan untuk kebijakan pemenuhan kebutuhan buah untuk domestik. 

"Data tak ada, kalau pun ada datanya juga abal-abal, ini kan tugas Dinas Pertanian setempat. Berapa produksi, berapa hektar, di mana produksinya, siapa petaninya," jelas Khafid.

Dia melanjutkan, pada beberapa daerah sentra produksi buah pun, pemerintah juga hampir tidak memberikan perhatian pada petani buah.

"Pas panen puncak banyak stok jeruk, tapi besoknya sudah nggak ada. Begitu pun manggis, susah carinya, karena pohon manggis lokal itu rata-rata dari pohon peninggalan moyangnya, usia di atas 20 tahun. Bukan ditanam sengaja untuk budidaya. Akhirnya buah yang kita peroleh lebih banyak dari mitra yang kami bina," tutur Khafid.

Setali tiga uang, Ketua Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah Indonesia (AESBI), Hasan Johnny Widjaja, mengungkapkan hal yang sama. Menurutnya, kesulitan mengekspor buah lokal terjadi karena ketiadaan standar kualitas dan kelangsungan pasokan.

"Sekarang begini saja, orang mau beli buah karena apa? Pasti pertama karena matanya, lihat warnanya bagus apa tidak, rasa belakangan. Buah lokal lebih enak rasanya, tapi bentuknya tak karuan," kata Hasan.

"Jadi kuncinya ada di pengemasan. Masalahnya ada di pengelolaan pasca panen. Bagi kita eksportir, bagaimana kita mau bikin kemasan yang bagus, kalau barangnya sedikit, kadang ada, kadang nggak (ada)," tambahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar