Jakarta - Sejak tahun 2012, eksportir buah manggis dan salak dari Indonesia mengalami kesulitan mengekspor ke China. Untuk menyiasatinya, eksportir mengekspor dua varietas buah tropis tersebut lewat Malaysia dan Thailand.
Ketua Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah Indonesia (AESBI), Hasan Johnny Widjaja mengatakan, meski larangan dari China atas ekspor manggis dan salak sudah terjadi selama 4 tahun, pemerintah terkesan lambat menyikapi kondisi tersebut.
"Ini jahat sekali buat petani buah kita, di sisi lain mereka harus menghadapi banyak buah impor murah yang masuk, tapi ekspor ke sana tak bisa. Harusnya pemerintah juga bisa bersikap, balas larang juga impor buah dari China. Apa yang ditakutkan," ucap Hasan kepada detikFinance, Minggu (20/11/2016).
Dia melihat, ada ketidakadilan dalam kebijakan pembukaan impor buah, lantaran eksportir buah dari Indonesia mengalami hambatan di China, namun di sisi lain buah impor dari Negeri Tirai Bambu itu begitu membanjiri pasar dalam negeri.
"Jauh sekali perlakuannya. Anda jalan dari Jakarta sampai Garut, banyak sekali buah impor China. Biar adil dilarang juga dong, kita dipersulit (ekspor), tapi respons pemerintah lambat sekali," ujar Hasan.
Akibat kesulitan masuk China, eksportir manggis maupun salak pun terpaksa mengirim buah ke Malaysia. Dari Negeri Jiran tersebut, salak dan manggis asal Indonesia diekspor kembali ke China dengan label produk Malaysia.
"Salak dan manggis laris di China, tapi karena dari Indonesia dilarang masuk, akhirnya terpaksa kita pakai negara ketiga. Biasanya kita pakai Malaysia, jadi kalau kita mau ekspor manggis dan salak ke China, nggak bisa langsung, kita lewat Malaysia dulu," pungkas Hasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar