Senin, 08 Agustus 2016

Kisah selvi yang batal putus sekolah

Banyuwangi - Melanjutkan sekolah ke tingkat menengah atas merupakan mimpi Selviana (17). Akibat keterbatasan biaya dia sempat terancam putus sekolah.

"Sudah sebulan enggak sekolah karena enggak ada biaya. Saya SMP lulus bulan Juli," beber Selvi saat ditemui di SMA Darussholah di Desa Gumirih, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Senin (8/8/2016).

Selvi adalah anak tunggal pasangan Alim Susanto dan Jamilah. Ayahnya sudah hampir lima tahun bekerja sebagai buruh migran di Malaysia dan ibunya berjualan warung dari hasil bantuan kelompok PKK di desanya.

"Bapak kirim uang satu tahun itu dua sampai tiga kali kisarannya Rp 500 ribu-Rp 1 juta. Katanya sih kerja di Serawak, Malaysia jadi buruh cuci motor sekarang sih sudah pindah," katanya.


"Kangen banget sama bapak. Setiap hari telepon cerita kerja di sana sepi, kartu ilegalnya mati, kalau ada grosokan (operasi) polisi (bapak) lari ke hutan," tambahnya.

Gadis yang bercita-cita ingin menjadi penyanyi terkenal dan guru TK ini sempat ingin bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya. Apalagi gubuk yang ditinggalinya berdiri di tanah milik ketua RT-nya.

"Habis lulus SMP kan cuma di rumah karena enggak sekolah, mau kerja. Sempat ngelamar kerja jadi pelayan di toko Rogojampi tapi enggak diterima. Sekarang Alhamdulilah saya malah bisa sekolah," ujarnya.

Selvi adalah salah satu anak temuan tim Gerakan Daerah Angkat Anak Muda Putus Sekolah (Garda Ampuh di Kecamatan Singojuruh. Camat Singojuruh Nanik Machrufi yang menemukannya saat menindaklanjuti laporan orang sakit di wilayahnya.

"Saya temukan Selvi ini ketika mengunjungi neneknya yang dilaporkan sakit. Anak ini di jam sekolah kok enggak sekolah rupanya dia baru lulus dan tidak mampu melanjutkan karena tidak ada biaya," jelas Nanik.

Nanik kemudian berkoordinasi dengan kepala sekolah SMA Darussholah Mochamad Rifai. Sekolah yang berkolaborasi dengan pondok pesantren ini memang sejak lama memberi ruang bagi anak yang berasal dari keluarga tidak mampu. Tercatat ada 66 siswa baru di kelas X SMA Darussholah yang merupakan hasil buruan tim Garda Ampuh.

"Ke-66 anak di kelas X itu hasil koordinasi dengan desa-desa di seluruh Singojuruh, lewat bu camat ini. Saya sampaikan bahwa ada sekitar dari desa bapak-ibu putus sekolah, mondok dari keluarga tidak mampu bisa di sekolahkan di tempat saya," jelas Rifai.

Sebagai kepala sekolah Rifai mengaku mendukung pemerataan pendidikan baik bagi siswa yang tidak mampu maupun berkebutuhan khusus. Untuk biaya pihak sekolah menerapkan program Siswa Asuh Sebaya (SAS) yang dicanangkan oleh Pemkab Banyuwangi.


"Ini kebijakan internal dan akan kami upayakan dari Program SAS. Di sini setiap Jumat anak-anak keliling untuk narik infaq, setelah terkumpul dikelola oleh OSIS yang ditunjuk untuk mengelola dan membagi ini," paparnya.

Rupanya tak hanya Selvi, ada juga Yatimah dan Kiki yang berasal dari Desa Tlemung Kecamatan Kalipuro yang dijaring oleh tim Garda Ampuh Singojuruh. Meski berbeda kecamatan keduanya tetap diterima dan bersekolah di SMA Darussholah.

"Meski lintas kecamatan kami juga cek apakah betul miskin, keduanya bertetangga dan keluarga miskin. Karena saya yang ditelepon oleh mantan kepala sekolah SMP mereka, saya koordinasi dengan Pak Rifai dan membuatkan surat rekomendasi untuk bisa diterima di Garda Ampuh," jelas Camat Singojuruh Nanik.

Sebelumnya Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menargetkan tahun ini sebanyak 3.101 anak putus sekolah di wilayahnya bisa melanjutkan sekolahnya. Tim pemburu Garda Ampuh pun dibentuk dari para guru, civitas akademika dari setiap sekolah dan relawan.

Anas kemudian mengapresiasi kinerja tim Garda Ampuh di kecamatan Singojuruh menuntaskan masalah pendidikan. Dia menargetkan timnya akan terus proaktif memburu siswa putus sekolah agar hak anak untuk memperoleh pendidikan terpenuhi.

"Ini salah satu contoh bagaimana tim Garda Ampuh terus bekerja saat ini. Tim pemburu putus sekolah ini akan bergerak terus dan masuk ke desa-desa, kita jemput, anak-anak supaya mau menyelesaikan sekolah. Ini model cara yang dikerjakan Banyuwangi untuk membagi habis masalah pendidikan," kata Anas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar